(
[Lecture] tugas 1 etika bisnis - 2012-10-24 12:25:13.036684+07 )
NAMA : NI MADE DESTHIARINI
NPM : 11209835
KELAS : 4EA11
1 1.
Sebutkanlah
secara jelas pengertian dari etika dan moralitas.
Jawab : Moralitas (dari "cara,
karakter, perilaku yang tepat" moralitas Latin) adalah rasa melakukan
perilaku yang membedakan niat, keputusan, dan tindakan antara mereka yang baik
(atau kanan) dan buruk (atau salah). Kode moral merupakan sistem moralitas
(misalnya, sesuai dengan filsafat tertentu, agama, budaya, dll).
Dari
segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut
pengertian yang asli,
yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika
adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
2 2.
Sebutkanlah macam-macam norma dan sebutkan
pula pengertiannya masing-masing secara lengkap.
Jawab :
Norma Agama
adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini
bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang
tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung melanggar
norma-norma agama.
Norma Hukum adalah
suatu rangkaian aturan yang ditunjukkan kepada anggota masyarakat yang berisi
ketentuan, perintah, kewajiban, dan larangan, agar dalam masyarakat tercipta
suatu ketertiban dan keadilan yang biasanya dibuat oleh lembaga tertentu.
Aturan ini lazimnya tertulis yang diklasifikasikan dalam berbagai bentuk kitab
undang-undang atau tidak tertulis berupa keputusan hukum pengadilan adat.
Karena sebagian besar norma hukum adalah tertulis maka sanksinya adalah yang
paling tegas jika dibandingkan dengan norma lain dari mulai denda sampai
hukuman fisik (penjara atau hukuman mati).
Norma Kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Pada dasarnya norma ini merupakan norma untuk melaksanakan nilai moral yaitu dalam rangka menghargai harkat dan martabat orang lain. Sebagai contoh: telanjang di depan umum atau berpakaian minim.
Norma Kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus
bertingkah laku dalam masyarakat. Sebagai contoh: meludah di depan orang,
menyerobot antrean, membuang sampah sembarangan, dan lain lain.
Norma Kebiasaan adalah sekumpulan peraturan yang dibuat
bersama secara sadar atau tidak menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh:
menengok teman yang sakit, melayat, menghadiri undangan pernikahan, dan
lain-lain
3 3.
Terangkan secara lengkap mengenai ‘teori
etika’.
Jawab :
Etika
Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon, yag
berarti kewajiban. Karena itu, eika deontologi menekankan kewajiban seseorang
bertindak secara baik. Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik buka
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.
Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan
watak yang kuat dari pelaku. Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant
(1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari
apapun juga. Maka dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus
selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Dan, bahkan
menurut kemauan baikadalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Atas
dasar ini, menurut Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja
sesuai dengan kewajiban melainkan juga yang dijalankan demi kewajibn.
Etika Teleologi
Teleologi berasal dari akar kata
Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala
sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi
dikemukakan oleh Chirtian Wolff,
seorang filsuf Jerman abad ke 18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang
gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir,
maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam
suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi
filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam
sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia. Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi
justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu
yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Atas dasar
ini, dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan
akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
Karena itu, setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam
setiap situasi sebagaimana dimaksudkan Kant.
4 4.
Secara
umum etika dibagi menjadi ? jelaskan secara rinci.
Jawab :
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat
5 5.
Jelaskan mengenai mitos bisnis amoral.
Jawab :
Mengungkapkan suatu keyakinan bahwa bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungannya sama sekali. Etika justru
bertentangan dengan bisnis dan akan membuat pelaku bisnis kalah dalam
persaingan bisnis yang ketat di zaman globalisasi ini. Mitos bisnis amoral
yang, antara lain, digagas Richard T. De George, merupakan ungkapan keyakinan
bahwa bisnis dan moralitas atau etika tidak punya hubungan sama sekali. Istilah
"amoral" itu sendiri pertama-tama perlu dibedakan dengan
"immoral". Amoral berarti tindakan yang tidak punya sangkut paut
dengan moralitas. Jadi, bersifat netral. Tindakan yang amoral tidak bisa
dinilai dengan menggunakan ukuran moralitas, tidak bisa dinilai salah atau
benar, baik atau buruk secara moral. Sedangkan immoral berarti tindakan yang
melanggar atau bertentangan dengan moralitas, sehingga jelas-jelas salah dan
patut dikutuk. Pemisahan bisnis dengan etika dan moralitas pada dasarnya
dilakukan karena bisnis dipahami semata-mata dari sudut pandang ekonomi. Dari
sudut pandang ini tujuan bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Dan untuk mendapatkan keuntungan tersebut berbagai cara
dihalalkan begitu saja, asal dapat memenangkan persaingan dan meraih
keuntungan.
Sekalipun mitos bisnis amoral dapat dipahami dengan berbagai asumsi dan argumentasinya, namun hal itu semakin tidak bisa diterima oleh masyarakat dewasa ini. Sebab sudut pandang ekonomi bukanlah sudut pandang satu-satunya dalam memahami bisnis.
Sekalipun mitos bisnis amoral dapat dipahami dengan berbagai asumsi dan argumentasinya, namun hal itu semakin tidak bisa diterima oleh masyarakat dewasa ini. Sebab sudut pandang ekonomi bukanlah sudut pandang satu-satunya dalam memahami bisnis.
6 6.
Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip etika
bisnis.
Jawab :
Prinsip Otonomi.
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan
mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga
mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab
seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan,
konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
Prinsip
Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau
kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.
Prinsip
Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. Prinsip ini mengarahkan agar kita secara
aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan apabila hal
itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain atau mitra bisnis.
Prinsip
Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak
seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
Prinsip
Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan
seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan
orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
7.
Sebutkan dan jelaskan mengenai kelompok
stakeholdes.
Jawab :
Sebuah
stakeholder perusahaan adalah pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh tindakan dari bisnis secara keseluruhan. Konsep stakeholder pertama kali
digunakan dalam sebuah memorandum internal 1963 di Stanford Research lembaga.
Ini didefinisikan pemangku kepentingan sebagai “kelompok-kelompok yang tanpa
dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis.” Teori ini kemudian dikembangkan
dan diperjuangkan oleh R. Edward Freeman pada 1980-an. Sejak itu telah mendapat
penerimaan luas dalam praktek bisnis dan teori yang berkaitan dengan manajemen
strategis, tata kelola perusahaan, tujuan bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR).
8.
Sebutkan Kriteria dan prinsip etika
utilitarianisme, sebutkan pula nilai positif dan kelemahannya.
Jawab:
Kemunculan teori utilitarianisme merupakan pengembangan dari pemahaman etika teleologi yang dikembangkan terutama oleh tokoh-tokoh besar pemikiran etika dari Eropa seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) (Ludigdo, 2007). Etika teleologi ini, juga dikenal sebagai etika konsekuensialisme, yang memiliki pandangan mendasar bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Namun dalam pemahamannya tidak mudah untuk menilai baik buruknya tujuan atau akibat dari suatu tindakan dalam kerangka etika, sehingga muncullah varian darinya yaitu egoisme dan utilitarianisme. Etika egoisme menilai baik buruknya tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan tersebut bagi pribadi-pribadi. Pada akhirnya egoisme cenderung menjadi hedonisme, karena setiap manfaat atas suatu tindakan pribadi-pribadi yang berdasarkan kebahagian dan kesenangan demi memajukan dirinya sendiri tersebut biasanya bersifat lahriah dan diiukur berdasarkan materi.
Kemunculan teori utilitarianisme merupakan pengembangan dari pemahaman etika teleologi yang dikembangkan terutama oleh tokoh-tokoh besar pemikiran etika dari Eropa seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) (Ludigdo, 2007). Etika teleologi ini, juga dikenal sebagai etika konsekuensialisme, yang memiliki pandangan mendasar bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Namun dalam pemahamannya tidak mudah untuk menilai baik buruknya tujuan atau akibat dari suatu tindakan dalam kerangka etika, sehingga muncullah varian darinya yaitu egoisme dan utilitarianisme. Etika egoisme menilai baik buruknya tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan tersebut bagi pribadi-pribadi. Pada akhirnya egoisme cenderung menjadi hedonisme, karena setiap manfaat atas suatu tindakan pribadi-pribadi yang berdasarkan kebahagian dan kesenangan demi memajukan dirinya sendiri tersebut biasanya bersifat lahriah dan diiukur berdasarkan materi.
Kelemahan
Teori Utilitarianisme
Utilitarianisme
tidak mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya
memperhatikan akibat dari tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap
tidak memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya
terfokus aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi
seseorang melakukan suatu tindakan.
Utilitarianisme
hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dibenarkan
secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian besar orang,
walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian,
utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok
yang tidak memperoleh manfaat.
9.
Sebutkan syarat bagi tanggung jawab moral,
status perusahaan, serta argumen yang mendukung dan menentang perlunya
keterlibatan sosial perusahaan.
Jawab :
Jawab :
Syarat Bagi Tanggung Jawab Moral
Pertama, tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu
tindakan dilakukan dengan sadar dan tahu. Tanggung jawab hanya bisa dituntut
dari seseorang kalau ia bertindak dengan sadar dan tahu mengenai tindakannya
itu seta kosekuensi dari tindakannya. Hanya kalau seseorang bertindak dengan
sadar dan tahu, baru relevan bagi kita untuk menuntut tanggung jawab dan
pertanggung jawaban moral atas tindakannya itu.
Kedua, tanggung jawab juga mengandaikan adanya
kebebasan pada tempat pertama, artinya tanggung jawan hanya mungkin relevan dan
dituntut dari seseorang atas tindakanya, kalau tindakannya itu dilakukannya
secara bebas.ini berarti orang tersebut melakukan tindakan itu bukan dalam
keadaan terpaksa atau dipaksa. Ia sendiri secara bebas dan sukarela melakukan
tindakan itu. Jadi, kalau seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu
tindakan, secara moral ia tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakan
itu. Karena itu, tidak relevan bagi kita untuk menuntut pertanggung jawaban
moral atas tindakannya itu. Tindakan tersebut berada diluar tanggung jawabnya.
Hanya orang yang bebas dalam melakukan sesuatu bisa bertanggung jawab atas
tindakannya.
Ketiga, tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa
orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu, ia
sendiri mau dan bersedia melakukan tindakan itu. Syarat ini terutama relevan
dalam kaitan dengan syarat kedua diatas. Bila saja seseorang berada dalam
situasi tertentu sedemikian rupa seakan-akan ia terpaksa melakukan suatu
tindakan. Situasi ini terutama terjadi ketika seseorang hanya dihadapkan pada
hanya satu pilihan. Hanya ada satu alternative. Ini berarti menurut syarat
kedua diatas, dia tidak bisa bertanggung jawab atas pilhannya karena tidak bisa
lain. Karena itu tidak relevan untuk menuntut pertanggung jawaban dari orang
ini.
Status Perusahaan
Terdapat
dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
• Legal-creator,
perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hokum
•
Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
Lingkup
Tanggung Jawab Sosial
tanggung jawab sosial menunjukkan
kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas
daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung
jawab sosial perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik
bahwa perusahaan mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan
dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan
pihak-pihak lain. Artinya, keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan
mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk kepentingan masyarakat
luas.kendati secara moral dibenarkan bahwa perusahaan memang punya tujuan utama
mengejar keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap mengindahkan
kepentingan banyak orang lain.
Argumen yang Menentang Perlunya
Keterlibatan Sosial Perusahaan
• Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
• Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
• Biaya Keterlibatan Sosial
• Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
• Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
• Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
• Biaya Keterlibatan Sosial
• Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Argumen yang Mendukung Perlunya
Keterlibatan Sosial Perusahaan
• Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
• Terbatasnya Sumber Daya Alam
• Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
• Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
• Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
• Keuntungan Jangka Panjang
• Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
• Terbatasnya Sumber Daya Alam
• Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
• Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
• Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
• Keuntungan Jangka Panjang
( [Lecture]
tugas 1 etika bisnis - 2011-10-23 20:53:32.91844+07 )
1.
Apa
yang dimaksud dengan etika?
Jawab :
Menurut
bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti
“timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi
konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan
(studi penggunaan nilai-nilai etika).
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik,
atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian.
Dari segi
etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos”
yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian
yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat
dinilai tidak baik.
2. Jelaskan mengenai : etika yang kita lakukan
sehari-hari dan etika dalam berbisnis, serta sebutkan contohnya.
Jawab :
Etika merupakan acuan bagi manusia
tentang bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari dan bagaimana ia harus bersikap ditangah
tengah masyarakat. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Contohnya :
Etika saat bertamu dengan mengucapkan
salam, dan salam tiap agama berbeda beda. Misalnya
Om Swastyastu ( bagi umat Hindu )
Assalamu’alaikum ( bagi umat muslim )
Sopan santun terhadap orang yang lebih
tua.
Etika dalam Berbisnis merupakan
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Contoh kasus pelanggaran etika dalam
berbisnis :
Contoh
adalah pada kasus Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan
bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone
(nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim
kedelai terhadap biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi (
sumber : http://chandra-yuniardi-utomo.mhs.narotama.ac.id/2012/10/03/makalah-etika-bisnis/ )
3. Jelaskan dan berikan contoh mengenai etika
teleologi dan etika deontologi
Jawab :
Etika Teteologi
Etika
Teleologi dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Contoh :
1.
Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang
sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum
tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat
situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung
pada situasi khusus tertentu.
2.
monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung
dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan
hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau
dari teori etika teleologi.
Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Contoh :
Suatu tindakan
bisnis akan dinilai baik oleh etika deontology bukan karena tindakan itu
mendatangkan akibat baik bagi pelakunya melainkan karena tindakan itu sejalan
dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya menberikan pelayanan terbaik untuk
semua konsumennya, untuk mengembalikan hutangnya sesuai dengan perjanjian ,
untuk menawarkan barang dan jasa dengan mutu sebanding dengan harganya. (
Sumber : http://exoticpurple.wordpress.com/2011/10/23/contoh-tentang-teori-etika-bisnis-teteologi-utilitarianisme-egoisme-etis-deontologi/ )